Keterbatasan penyandang anak-anak disabilitas berdampak pada perlakuan diskriminasi, tidak hanya di lingkungan keluarga juga di masyarakat. Kementerian Sosial berkomitmen merubah kondisi tersebut dengan aksi nyata yang melibatkan berbagai pihak.
“Kami prihatin dengan kondisi anak-anak disabilitas. Dimana mereka mendapat perlakuan dan tindak diskriminasi, ” kata Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri di sela Peluncuran Laporan "The State of the World''''s Children 2013" Children with D.isabilities" di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Penyandang disabilitas sering kali tak nampak, karena berada di suatu lembaga yang sering tidak memiliki pendidikan, perawatan medis dan emosional memadai. Sehingga, mereka mengalami tindak kekerasan dan perlakuan salah.
Komitmen masyarakat lebih terbuka, akan berdampak signifikan terhadap kondisi anak penyandang disabilitas. Tapi hal itu, tidak merata dan masih diperlukan upaya mempercepat kemajuan dan mengurangi kesenjangan.
Menurut Mensos, mengubah persepsi dan kebijakan dengan keterlibatan aktif dari anak penyandang disabilitas sangat penting. Itu dilakukan untuk memenuhi hak-hak normatif dan masyarakat yang benar-benar terbuka.
“Pemantauan dan pelaksanaan Konvensi Hak Anak dan Konvensi Hak Penyandang Disabilitas perlu menjadi bagian dari komitmen berkelanjutan oleh semua pihak, ” tandasnya.
Anak-anak disabilitas, sebenarnya memiliki potensi yang patut dibanggakan. Namun, sering dibatasi oleh sikap sosial yang fokus pada kekurangan, bukan pada kelebihan mereka. Itulah yang menjadikan anak-anak penyandang disabilitas paling rentan tindak diskriminasi dan tidak mendapat perhatian.
Tahun ini, laporan tentang anak penyandang disabilitas memberikan statistik penting dan terbaru terkait berbagai masalah yang mempengaruhi anak-anak, di antaranya kematian anak, gizi, pendidikan, air dan sanitasi, dan perlindungan anak. (DS)
Bagikan ke
Facebook
Twitter
Google+